MENYEMAI BERKAH DI LADANG DAKWAH
M. RAUDAH JAMBAK
Sastra adalah bangunan besar bagi puisi,
prosa dan naskah drama. Sebagai sebuah bangunan tentu ia harus memiliki fondasi
yang terukur dan kuat. Jika fondasinya tidak terukur dan kuat, maka tentu karya
sastra sebagai sebuah bangunan yang kuat itu akan rubuh, bahkan hancur.
Struktur atau fondasi dari bangunan
sastra itu tentunya adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Mungkin juga kita
mengenalnya sebagai struktur batin dan fisik di dalamnya. Effendi
mengungkapkan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra
secara sunguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan
pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra
(Aminuddin, 2004:35). Cipta sastra sebenarnya mengandung berbagai unsur yang
sangat kompleks, antara lain (1) unsur keindahan, (2) unsur kontemplatif yang
berhubungan dengan nilai-nilai renungan keagamaan, filsafat, politik, serta
berbagai kompleksitas permasalahan kehidupan; (3) media pemaparan, baik berupa
media kebahasaan maupun struktur wacana, serta (4) unsur intrinsik yang
berhubungan dengan karakteristik cipta sastra itu sendiri sebagai suatu teks
(Aminuddin, 2004: 38).
Puisi
misalnya, ia memiliki keambiguitasan yang luar biasa. Tidak semua orang dapat
memahaminya dengan cara pandang yang sama. Maka unsur intrinsik (struktur
batin) dan unsur ekstrinsik (struktur fisik) perlu dipahami lebih mendalam. Pradopo (1987:7) mengatakan bahwa
puisi itu adalah karya sastra yang mengekspresikan pemikiran yang
membangkitkan perasaan,yang merangsang imajinasi pancaindra dalam susunan yang
berirama. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia
yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.
Waluyo (1987:25) mengatakan Jika dipaksa untuk memberikan definisi puisi
yang sangat sukar dirumuskan, kira-kira seperti berikut. Puisi adalah
bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan
bahasa melalui pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
Struktur adalah sesuatu yang disusun dengan cara atau pola tertentu untuk
menjadikan suatu bentuk. Struktur puisi adalah sesuatu unsur yang disusun
dengan cara tertentu sehingga menjadi sebuah puisi. Struktur fisik puisi adalah
unsur-unsur yang disusun dengan sehingga membentuk puisi secara fisik atau yang
dapat dilihat oleh mata.
Selanjutnya (Naskah) drama. Untuk
yang satu ini kita harus mampu membedakan drama sebagai sebuah pertunjukan
dengan teks-teks drama yang tertulis. Sebagai sebuah pertunjukan kita masih
dapat meninjau dari segi artisktik dan non-artisitiknya. Sementara tinjauan
teks ia memiliki wilayah yang berbeda.
Karya sastra prosa
dan drama memiliki unsur intrinsik serta unsur ekstrinsik yang diperlukan untuk
membangun ceritanya. Unsur intrinsik drama terdiri dari tema, plot, tokoh,
dialog, karakter, serta latar.
Akhirnya, kita sebelum bergelut dan
menentukan pilihan harus memahami secara kuat tentang pemahaman kita terhadap
fondasi bangunan sastra ini. Mungkin kita akan lebih memilih puisi tinimbang
prosa, atau malah lebih asyik menulis naskah drama. Lantas
bagaimna dengan sastra Islam?
Firman Allah dalam Surah Al-Shu'araa:224
وَالشُّعَرَاءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ
“Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang
sesat.” (Q.S. al-Syu'ara' : 224) Allah Berfirman dalam Surah Al-Shu'araa:227
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَذَكَرُوا اللَّهَ كَثِيرًا وَانتَصَرُوا مِن بَعْدِ مَا ظُلِمُوا ۗ وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنقَلَبٍ يَنقَلِبُونَ
Akan tetapi, kalangan penyair yang mengikuti
petunjuk-petunjuk ketuhanan dan berbuat kebajikan sehingga memiliki kepribadian
yang luhur, dan selalu mengingat Allah dengan penuh rasa khusyuk hingga timbul
rasa takutnya kepada Allah, adalah penyair-penyair yang menjadikan syairnya
sebagai pelipur lara dan sebagai sarana untuk membela agama dan mempertahankan
kebenaran pada saat kebenaran diinjak- injak.
Orang-orang yang menzalimi diri sendiri dengan berbuat
syirik dan mengejek Rasulullah saw. itu kelak akan tahu akibat buruk mana yang
menjadi tempat kembali mereka.(Qs. Al-Syuara [26]:227) Allah SWT dalam
firman-Nya:
مَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْبَغِي لَهُ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ
وَقُرْآَنٌ مُبِينٌ
"Dan kami tidak mengajarkan syair kepadanya
(Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Quran itu tidak lain
hanyalah pelajaran dan Kitab yang memberi penerangan" (Q.S.Yasin: 69).
Hadis yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzi :
حَدَّثَنَا عَلِىُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا شَرِيكٌ عَنِ الْمِقْدَامِ بْنِ
شُرَيْحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَ قِيلَ لَهَا هَلْ كَانَ النَّبِىُّ
-صلى الله عليه وسلم- يَتَمَثَّلُ بِشَىْءٍ مِنَ الشِّعْرِ قَالَتْ كَانَ
يَتَمَثَّلُ بِشِعْرِ ابْنِ رَوَاحَةَ وَيَتَمَثَّلُ وَيَقُولُ « وَيَأْتِيكَ
بِالأَخْبَارِ مَنْ لَمْ تُزَوِّدِ ». وَفِى الْبَابِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ. قَالَ
أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
[15] Dari Aisyah beliau berkata: seseorang bertanya
kepadanya: 'Apakah Rasulullah Pernah melantunkan syair, Aisyah menjawab:
"Beliau pernah melantunkan Syair Ibnu Rawahah dan beliau melantunkan 'Dan
telah datang kepadamu berita tanpa tambahan'. Hadis Diriwayatkan oleh
al-Tirmidzi dalam sunannya :
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ
مَكَّةَ فِي عُمْرَةِ الْقَضَاءِ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ بَيْنَ يَدَيْهِ
يَمْشِي وَهُوَ يَقُولُ: (خَلُّوا بَنِي الْكُفَّارِ عَنْ سَبِيلِهِ # الْيَوْمَ
نَضْرِبْكُمْ عَلَى تَنْزِيلِهِ) (ضَرْبًا يُزِيلُ الْهَامَ عَنْ مَقِيلِهِ #
وَيُذْهِلُ الْخَلِيلَ عَنْ خَلِيلِهِ) فَقَالَ لَهُ عُمَرُ يَا ابْنَ رَوَاحَةَ
بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي حَرَمِ
اللَّهِ تَقُولُ الشِّعْرَ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ خَلِّ عَنْهُ يَا عُمَرُ فَلَهِيَ أَسْرَعُ فِيهِمْ مِنْ نَضْحِ
النَّبْلِ
Artinya : Dari Anas Bahwasanya Rasulullah Saw masuk ke
Makkah pada masa umrah dan Abdullah bin Rawah sedang berjalan di depan beliau
sambil berkata : “Berikan jalan kepada anak orang-orang kafir # Hari ini kami
akan memukul kalian dirumah kalian Dengan pukulan yang menghilangkan kesedihan
dari peraduannya # Dan menjauhkan seorang kekasih dari kekasihnya Umar kemudian
berkata kepadanya : ‘wahai Ibnu Rawah dihadapan Rasulullah Saw dan didalam
masjid al-haram kamu melantunkan syair?’ kemudian Nabi Saw berkata kepada Umar
: “Biarkan dia wahai Umar sebab hal itu lebih mempercepat dari siraman yang
baik” Dalam riwayat yang lain Rasulullah Saw memuji syair salah seorang sahabat
yang bernama Labid bin Rabi’ah Rasulullah Saw bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ أَصدق كَلِمَةٍ قالها الشاعر كَلِمَةُ لَبِيدٍ أَلَا كُلُّ شَيْءٍ مَا خَلَا
اللَّهَ بَاطِلٌ وكاد أمية بن أبي الصلت أن يسلم
Artinya ; Dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallhu ‘alaihi
wa sallam beliau berkata : “Kalimat yang paling benar yang diucapkan oleh
penyair adalah kalimat Labid: “Ketahuilah segala sesuatu yang selain Allah
adalah bathil (rusak dan binasa)”. Dan hampir saja Umayyah bin Abu al-Shalt
memeluk Islam”. Namun pada sisi yang lain Rasulullah Saw melarang untuk
bersyair sebagaimana sabda beliau Saw :
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَأَنْ
يَمْتَلِئَ جَوْفُ أَحَدِكُمْ قَيْحًا خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمْتَلِئَ شِعْرًا.
Dari Ibnu Umar dari Nabi Saw beliau bersabda:
"Lambung seseorang penuh dengan nanah lebih baik daripada penuh dengan
syair". Akan tetapi hadis di atas memiliki asbab al-wurud sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Muslim dari riwayat Abu Said al-Khudri beliau berkata:
بينا نحن نسير مع رسول الله صلى الله عليه وسلم بالعرج إذ عرض شاعر ينشد فقال
رسول الله صلى الله عليه وسلم : خذوا الشيطان , أو أمسكوا الشيطان , لأن يمتلئ جوف
رجل قيحا خير له من أن يمتلئ شعرا
"Ketika kami sedang berjalan bersama Rasulullah
Saw di al-'Araj, tiba –tiba seorang penyair membacakan syair kepada kami Rasul
pun berkata : "Tahan Syaitan itu, dan peganglah........,lalu beliau
bersabda: "Lambung seseorang penuh dengan nanah lebih baik daripada penuh
dengan syair".
Imam An-Nawawi berkata : syair itu hukumnya boleh selama tidak terdapat
didalamnya hal-hal yang keji dan sejenisnya. Al-Mubarakfury berkata: yang
dimaksud dengan memenuhi (perutnya dengan syair) adalah ketika syair telah
menguasainya dimana dia lebih disibukkan dengannya dari al-Qur'an dan ilmu-ilmu
Islam lainnya, maka hal tersebut menjadi syair yang tercela apapun bentuknya.
Maka dari itu Imam al-Bukhary dalam shahihnya memberikan bab khusus tentang
syair dengan nama bab dibencinya syair ketika lebih mendominasi manusia dari
al-Qur'an dan dzikir kepada Allah. Jadi apabila seseorang menjadikan al-Qur'an
dan Ibadah kepada Allah sebagai kesibukan utama, maka baginya boleh untuk
membuat syair dan melantunkankannya selama syair tersebut, tidak bertentangan
dengan aturan-aturan syari'at Memang terdapat perbedaan pandangan dikalangan
para ulama tentang para penyair, dan semoga setelah membaca beberapa firman
Allah, Hadis Rasulullah s.a.w dan pandangan Imam Imam An-Nawawi kita di berikan
petunjuk oleh Allah tentang
kebenaran
dan jalan yang Lurus.
Tidak ada yang lebih sulit atau lebih mudah.
Atau merasa lebih baik puisi daripada cerpen, cerpen dibandingkan naskah drama,
dst. Ia memiliki kekuatan masing-masing. Bukan hanya sekadar berdasarkan
selera, tetapi ada hal-hal lain yang harus kita pertimbangkan. Pada intinya
berkaryalah. Biarkan pembaca menilai atau mengkritik. Sebab, sebuah karya yang
lahir dan telah dipublikasikan, berarti sudah menjadi hak pembaca untuk
memberikan penilaiannya. Biarkan karya itu menemukan takdirnya sendiri. Apakah
tercatat di etalase ‘megah’ sastra. Atau kemunginan paling buruk, di tong
sampah yang berkarat dan lapuk sebelum waktunya. Yang penting belajar dan terus
belajar. Bukankah belajar merupakan sebuah proses bagaimana kita bertahan hidup?
Dan juga belajar dan bertahan hidup termasuk perintah agama (perintah Allah)?,
Semua ada dalam Islam. Dituliskan dalam karya sastra Islam. Sastra yang tidak
melanggar syari’at, semata-mata lillahi Ta’ala, karena Allah.
Akhirnya, Bacalah! Bacalah dengan nama
Tuhanmu. Pernyataan ini jelas menyatakan bahwa sebenarnya sastra Islam itu
berazaskan Qur’an dan Hadist. Segala sesuatu yang dituliskan bagaimana kita
berdakwah lewat sastra untuk mengumpulkan pahala-pahala ibadah tidak hanya
ibadah ritual tetapi juga ibadah sosial. Tidak hanya ibadah vertikal, tetapi
juga horizontal. Tidak hanya kepada Allah, tetapi juga terhadap kemaslahatan
Ummat. Konsep keseimbangan. Dan, jika semua hal itu dilakukan karena Allah,
maka tidak usah ragu----Baca, baca, baca dan tulislah! Mari berdakwah lewat sastra , untuk menyemai
berkah, dan memanen pahala ibadah.
DAFTAR PUSTAKA
Said
Hawwa: Al Islam, Penerbit Gema Insani Press, Jakarta-2004
Jakob
Soemardjo: Sastra dan Pemberadaban di Indonesia (artikel Bentara Budaya)
Majalah
Horison, 7/1984
Heri
Ruslan: Sastra dalam Peradaban Islam. Artikel Islam Digest, 9 Oktober 2011
ibid
Prof
Abdul Hadi WM, Artikel: Sastra Islam Melayu Indonesia, 2008
ibid
Abdul
Hadi WM. Makalah: Islam, Puitika Al Quran dan Sastra, 2003
Yanuardi
Syukur, Catatan Pertemuan Organisasi, 2009.

MENYEMAI BERKAH DI LADANG DAKWAH
M. RAUDAH JAMBAK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar