Arsip Blog

Selasa, 22 Maret 2016

Menganalisis Puisi “Jerawat Cinta” Karya Lauh Sutan Kusnanda Dengan Menggunakan Pendekatan Semotik



Menganalisis Puisi “Jerawat Cinta” Karya Lauh Sutan Kusnanda Dengan Menggunakan Pendekatan Semotik
            Dalam puisi “jerawat cinta” karya lauh sutan kusnanda ini terdapat beberapa makna yang tidak lari dari judulnya, sebab, kita akan melihat bagaimana kualitas makna dalam rangkaian kata yang dipilih oleh penyair tersebut. Adapun puisi tersebut ialah
Jerawat cinta
Oleh: Lauh Sutan Kusnanda
Tumbuhnya tak di musim penghujan atau kemarau. Ia tak butuh kecukupan air atau sekedar iklim ekstrim. Ia hanya berbiak dalam radius asmara
Ia adalah tanda-tanda kecamuk hati. Endapan-endapan rindu. Butir-butir kegelisahan
Jerawat cinta. Berbagi kabar dari relung sunyi, ketika dua hati berpadu. Ketika kau mulai berani mencecap hati kekasih
“Jerawat cinta, layaknya gulma di taman,” katamu. “Mesti disiangi.”
Dengan beragam merek dan kemasan, kau usir si pengabar cinta yang senantiasa singgah di kedua pipi
Mataram, 26 Februari 2013

            Pangaribuan (2013:2) mengemukakan bahwa telaah puisi adalah salah satu sarana atau alat dalam proses pemberian makna dan usaha ilmiah untuk memahami proses itu sebaik mungkin. Kegiatan menelaah sebuah puisi tidaklah sama dengan kegiatan menulis puisi yang biasa dilakukan kebanyakan orang. Penyair selalu berusaha menyusun dan membangun puisi secara utuh, sedangkan penelaah merupakan orang yang melakukan proses pengenalan terhadap puisi tersebut, memberi pemahaman, memberi tafsiran dan membedah-bedah keutuhan puisi tersebut, serta menganalisisnya dengan tujuan untuk mengetahui pikiran dari pengarang dan latar belakang pengarang tersebut lewat sebuah puisi sampai kepada penilaian atau penghargaan tertentu.
            Puisi ini memiliki keunikan dari setiap kalimatnya. /Tumbuhnya tak di musim penghujan atau kemarau/. Pada kalimat ini memiliki makna bahwa ada sesuatu yang tumbuh bukan dari musim yang telah menjadi ketentuan, tetapi “sesuatu” ini akan tumbuh kapan saja, sesuai dengan keadaan yang membuat “sesuatu” ini menjadi ada dan berkembang. pada kalimat berlikutnya yang biasanya disebut bait yakni /Ia tak butuh kecukupan air atau sekedar iklim ekstrim/. Pada bait kedua ini, kita diberi sesuatu yang mustahil bahwa sesuatu yang tumbuh dan berkembang haruslah dibubuhi dengan hal-hal yang mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Namun, dalam bait ini dikatakan bahwa “sesuatu” ini tumbuh tak perlu kecukupan ait dan iklim ekstrim. Secara otomatis, “sesuatu” ini merupakan sebuah parasit yang hidup dan berkembang dalam tubuh atau benda hidup lainnya. Dan “sesuatu” ini  mempunyai peran dalam tubuh atau benda hidup lainnya ketika masanya tiba.
            Pada bait berikutnya dikatakan /Ia hanya berbiak dalam radius asmara/. Jika kita melihat pda bait berikut ini, sedikit banyak terlihat wujud dari “sesuatu” ini. Sebab, penyair memberi clu tentang “sesuatu” ini. Perkembangbiakan “sesuatu” ini hanya dalan radius asmara yakni pada jarak dan seputaran di kehidupan asmara saja. Berarti, kita beri kejutan kepada penyair saat kita membaca puisi ini. Kita lihat kembali pada bait berikutnya /Ia adalah tanda-tanda kecamuk hati/ /Endapan-endapan rindu/ /Butir-butir kegelisahan/ pada bait ini dijelaskan bahwa adanya emosi diri ketika harus berhubungan dengan cinta. Ada hal-hal yang yang puitis ketika harus bersetubuh dengan kegelisaan, rindu dan keasmaran dalam bercinta dan keunikan dalam merasakan proses percintaan kepada sang kekasih. Mengapa penulis mengatakan kepada sang kekasih? Sebab, hati yang terlibat dalam kegelisaan, kerinduan dan keasmaraan akan merasakan efek-efek yang nyata seperti jerawat, kebanyakan makan dan lainya.
            Jika kita melihat pada bait berikutnya  /Jerawat cinta. Berbagi kabar dari relung sunyi, ketika dua hati berpadu. Ketika kau mulai berani mencecap hati kekasih/. Kita ternyata telah diberi penerangan atas jawaban dari puisi ini, “sesuatu” yang tumbuhnya tak di musim penghujan atau kemarau, ia tak butuh kecukupan air atau sekedar iklim ekstrim, ia hanya berbiak dalam radius asmara, ia adalah tanda-tanda kecamuk hati, Endapan-endapan rindu, Butir-butir kegelisahan ini ialah sebuah jerawat yang tumbuh di bagian wajah (pipi) yang timbul dari gelaja-gelaja dilema cinta. Biasanya kejadian-kejadian seperti ini di alami oelah para kaum adam dan hawa masa kini. Jerawat bisa menyerang siapa saja yang terserang mala rindu. Walau secara medis, penyataan ini bukan faktor yang paling menentukan, namun efek dari kegelisaan biasanya akan berdampak pada hal-hal yang baru seperti jerawat ini tadi.
            Pada bait berikutnya terlihat /“Jerawat cinta, layaknya gulma di taman,” katamu. “Mesti disiangi.”/. Ya, ini yang biasanya dikhawatirkan oleh semua manusia terkhusus kaum hawa yang sudah terserang jerawat. Jerawat mampu merusak pandangan pria pada kaum hawa. Wajah wanita yang identik dengan kemulusan akan hancur seketika jika jerawat telah hadir. Seperti yang di katakan penyair, jerawat cinta layaknya gulma di taman, sebuah tumbuhan, sebangsa rumput yang hidup di tumbuhan lain atau biasanya kita sebut dengan parasit. Begitulah yang dirasakan oleh wanita terkhusus juka jerawat telah tumbuh di wajah. “mesti disiangi” dapat kita tarik makna, walau telah melakukan berbagai cara untuk menyembuhkan dan menghilangkan jerawat tersebut. Tetapi saja akan datang silih berganti sesuai dengan keadaan hati dan pikiran kita. Para wanita biasanya akan menyebutkan hal-hal seperti itu untuk mengekspresikan kekesalan mereka akibat hadirnya jerawat yang melanda wajah mereka.
            Pada bait berikutnya /Dengan beragam merek dan kemasan, kau usir si pengabar cinta yang senantiasa singgah di kedua pipi/. Hal-hal yang biasa dilakukan oleh wanita untuk mengusir jerawet adalah membeli alat-alat kosmetik seperti criem-criem pembasmi jewarat bahkan obar dari dalam seperti pil pembasmi jerawat.
            Para wanita senantiasa menjadi santapan bagi para jerawat yang kerap merasakan rindu, gelisah bahkan keasmaraan. Biasanya jerawat akan mejadi masaah bagi mereka yang tak menginginkan kehadiran dari jerawat. Puisi ini menjadi satu objek keluguan wanita dalam memaknai arti sebuah jerawat.





Puisi
Tentang Senja
Oleh: Julaiha. S
Di pantai tempat orang-orang tergeletak. Kemudian lautan pun pelan-pelan berombak dan berkerumunan bui. Lalu, orang lainnya, asyik dengan peluncur air dan berayun bersama sarung-sarung yang berkelebab dalam langit.
Senja, berwarna orange yang manis, datang setiap sore setelah siang yang meradang. Kemudian burung-burung berlarian mengejar tempat istirahat. Dan kita yang berkasih-kasihan terus bermayam dalam senja. Sampai dipenghujung malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar