M. Raudah Jambak
Imajinasi dan Kepolosan Anak-anak
dalam Sastra
(sebuah renungan)
Membicarakan anak-anak merupakan hal yang
mengasyikkan. Semua tingkah polah anak bisa menjadi hiburan tersendiri bagi
orangtua. Rumah akan bertambah ramai jika ada seorang anak. Kehadiran anak dalam
sebuah rumah dapat mengubah dunia. Kepolosan dan keluguan anak tidak dapat
ditemukan pada masa selanjutnya. Masa kanak memang tidak akan terulang lagi.
Dunia memang
indah. Keindahannya tidak dapat digantikan dengan apapun. Oleh karena itu,
perlakuan padanya tidak sama dengan kepada orang dewasa. Anak-anak bukanlah
manusia dewasa dalam bentuk mini. Alwi berpendapat anak adalah manusia
yang masih kecil (2002:41). Itu berarti bahwa anak memiliki semua sifat manusia hanya saja
secara fisik dan emosional mereka belum seutuhnya seperti manusia dewasa.
Kondisi ini memudahkan orang dewasa menanamkan nilai-nilai. Perilaku dan sikap
seseorang di masa datang sangat ditentukan oleh penanaman nilai
di masa kanak-kanak. Tidak mengherankan jika anak banyak meniru perilaku orang tua,
perilaku baik atau buruk. Selain itu, dunia anak juga penuh rasa ingin
tahu. Hurlock dalam Psikologi Perkembangan mengungkapkan bahwa anak mempunyai
rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru dilihatnya juga mengenai tubuhnya sendiri
dan tubuh orang lain. Reaksi pertama adalah dalam bentuk penjelajahan
sensomotorik; kemudian sebagai akibat dari tekanan sosial dan hukuman, ia
bereaksi dengan bertanya (hlm. 116). Hurlock juga menegaskan bahwa setiap anak
mempunyai sifat ingin tahu tentang hal-hal baru yang tidak pernah ia ketahui.
Penanaman nilai dan
jawaban terhadap rasa ingin tahuanak dapat dilakukan dengan memperkenalkan anak
pada sastra. Tarigan (1995: 13) berpendapat bahwa anak-anak hidup dalam masa
perkembangan, baik fisik maupun mental. orang tua dan guru wajib membimbing perkembangan
anak-anak ke arah yang positif agar mereka kelak menjadi anggota masyarakat
yang baik dan berguna dalam kehidupan. salah satu sarana untuk mencapai tujuan
tersebut adalah sastra yang sesuai dengan perkembangananak-anak. banyak manfaat
dan nilai yang dapat diberikan oleh sastra bagi perkembangan anak-anak.
Bergaul dengan sastra menurut Tarigan dapat
mengembangkan imajinasi anak-anak dan membantu mereka mempertimbangkan dan
memikirkan alam, insan, pengalaman, atau gagasan dengan/dalam berbagai cara (1995:6).
Oleh karena itu, tidak usah heran jika isi sastra yang diciptakan anak-anak pun
bertema berbagai segi kehidupan. Bahkan terkadang tema itu sama dengan sastra
dewasa hanya dengan sudut pandang anak-anak.
Contoh :
Hujan
Hujan deras tiba
Membasahi semua rumah
Rumah mulai kebanjiran
Semua orang mengangkat barang-barangnya
Kini semua orang bersedih hati
Karena tidak dapat makan dan minum
Baru sadar, kalau buang sampah sembarangan
Membuat selokan tersumbat lalu banjir
Puisi itu bertema lingkungan. Gambaran tentang
kepanikan orang saat menghadapi bencana tergambar jelas. Dalam pendapat penulis
bencana disebabkan oleh kesalahan sendiri yakni membuang sampah sembarangan.
Bencana banjir yang melanda berbagai daerah menimbulkan penderitaan bagi
masyarakat. Puisi itu setidaknya berisi nasihat. Hal itu boleh saja ditafsirkan
demikian karena Pradopo mengungkapkan seorang pembaca yang memberi makna dalam
sebuah puisi (1987 : 5). Dalam hal ini puisi berfungsi sebagai sarana menyadarkan
seseorang terhadap sebuah masalah.
Pemilihan tema lingkungan adalah karena seringnya
pemberitaan media massa yang mengabarkan bencana di sebagian Indonesia. Kesusahan dan penderitaan masyarakat terlihat jelas
dalam tayangan televisi. Hal ini ditonton oleh anak-anak dan mereka berpendapat
kita harus memelihara lingkungan. Jika lingkungan terpelihara, kehidupan
manusia juga akan menjadi baik. Secara nyata, banyaknya tanah longsor dan
bencana banjir yang sekarang banyak terjadi lebih banyak diakibatkan oleh sikap
masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungannya.
Dalam prosa yang diciptakan, anak-anak banyak yang
menggambarkan lingkungan alam yang sangat indah dan damai. Barangkali, hal itu
menandakan bahwa kita, termasuk anak-anak, sangat merindukan suasana seperti
itu. Tema lain yang juga menarik perhatian yakni profesi.
Contoh :
Pak Pos
Engkau mengayuh sepeda lelah dan dahaga
Kau antar surat dari rumah ke rumah
Betapa sedih penderitaanmu
Kau menghidupi keluargamu
Kau mengayuh sepeda selangkah demi selangkah
Ku ingat jasahmu selalu
Pak pos selalu datang ke rumahku
Kring...kring...kring...
Begitulah bunyi bel sepedamu
Sepeda tua yang kau rawat dengan baik
Kau datang ke rumahku sambil membawa
Surat untukku
Puisi ini memberikan gambaran yang jelas tentang
kerja seorang pak pos. Pengamatannya pada profesi yang satu ini sangat
mendetil. Saya rasa saat penciptaan puisi ini pengarang melakukan wawancara.
Mengapa saya berpendapat demikian? Hal ini terlihat pada baris ketiga dan
keempat. Kalau ini benar berarti anak-anak pun serius dalam
menghasilkan sebuah karya.
Pada dasarnya anak sekarang memang sangat kritis dan berani. Bila ada sesuatu
yang menarik perhatiannya dan menimbulkan tanya, anak-anak tak segan bertanya
mencari jawabnya. Bahkan dalam berkhayalpun anak sekarang lebih berani. Coba
kita simak puisi berikut :
Bermimpi menjadi Astronot
Pada suatu malam aku bermimpi menjadi astronot
Aku menaiki roket
Aku berada di luar angkasa
Ketika aku mendarat di sebuah planet
Aku keluar dari roket
Di luar aku dapat terbang bagaikan burung terbang
Aku senang sekali, dapat terbang kesana-kemari
Tapi sayangnya aku terbangun dari tidurku
Ternyata aku hanya mimpi
Tapi aku senang telah merasa menjadi astronot
Sungguh khayalan yang luar biasa. Anak sekarang
memang berbeda dengan sewaktu saya kecil. Dalam hal mimpi saja terlihat
perbedaannya. Tetapi memang khayalan anak sekarang berbeda dengan zaman
kita kecil. Bila kita
perhatikan kutipan tersebut terlihat bahasa anak-anak yang kental. Satu lagi,
ternyata, meski tidak tinggal di kota metropolitan khayalan anak tak berbeda,
kreatif dan cerdas.
Kenyataan ini memberikan gambaran di manapun
seorang anak berada tidak ada yang bisa melarangnya untuk berkhayal. Dunia anak tak menabukan khayalan.
Secara jujur kita harus mengakui bahwa terkadang apa yan ada di pikiran mereka
tidak pernah bisa diduga dan dimengerti oleh orang dewasa.
Malah anak-anak telah menuliskan dongeng dan
cerita pengalaman. Dongeng-dongeng yang ada dalam buku sungguh murni rekaan mereka.
Meskipun bahasa yang digunakan masih sederhana dan penuh kepolosan.
Isi cerita dalam prosa anak-anak
memang lebih sederhana daripada prosa yang diciptakan oleh orang dewasa.
Begitupula dengan tema yang tidak sekompleks prosa orang dewasa. Umumnya isi dan tema masih berhubungan
dengan hal-hal konkrit yang ada di sekitarnya. Misalnya, tentang pekerjaan,
binatang, atau keluarga. Demikian juga untuk dongeng, tokoh dan tema yang
dipilih tidak jauh berbeda dengan dongeng yang sudah ada. Namun penyampaiannya
tidak terlalu panjang.
Cobalah simak dongeng berikut yang berkisah tentang kebaikan hati kucing
dan jiwa penolongnya.
Contoh :
Pada Suatu hari seekor kucing sedang
berjalan-jalan dan melihat seekor kelinci yang sedang menangis. Hik hik.. Lalu
kucing mendekati kelinci dan bertanya Mengapa
engkau menangis kelinci?Lalu kelinci menjawab,
Saya tidak tahu jalan pulang ke
rumah. Kucing pun menawarkan diri untuk membantu
kelinci yang masih menangis. Mereka berdua bersama-sama mencari rumah kelinci.
Setelah beberapa menit, akhirnya kucing menemukan rumah kelinci. Kelinci senang
sekali dan berterima kasih kepada kucing. Kucing pun tidak menangis lagi.
Kucing senang sekali dapat menolong kelinci.
Kesederhanaan juga tampak pada penceritaannya tetapi mudah dimengerti pesan
yang ingin disampaikan. Hal yang sama juga terlihat pada cerita pengalaman.
Pada bagian ini menunjukkan bahwa tolong menolong pun bisa dilakukan pada
makhluk lain.
Contoh :
Kemarin saya melihat binatang laut yang bergerak
di pasir pantai. tapi lama-lama dia melemah. Saya mengambil bintang laut itu
dan saya mengembalikannya ke laut. Tapi dia masih tidak bisa bergerak. Lama,
satu menit kemudian dia bergerak dan berenang ke salah satu batu karang dan menepi.
Ketika dia menempel di batu, dia membalikkan batu itu, ternyata di bawahnya ada
lobster, lobster itu pun selamat. Saya bersyukur pada Allah, karena binatang
dapat menolong binatang lain.
Saya pikir tidak hanya kekaguman pada pencipta dan rasa syukur saja yang
tergambar dari cerita itu. Ungkapan hati penuh ketulusan juga termasuk di
dalamnya. Uniknya, dalam sebuah cerita bisa termuat beberapa nilai tanpa
mengurangi atau merusak jalan cerita.
Contoh :
Burung kutilang yang baik
Pada suatu hari burung Kutilang sedang mencari makanan,
dia sangat lapar terbang ke sana kemari, akhirnya ia dapat makan. Ketika itu
burung Kutilang melihat seekor burung yang sangat kelaparan, mungkin sudah 1
minggu belum makan. Ia bertanya pada burung yang kelaparan, Kamu tingal dimana?Aku
tidak punya tempat tinggal, jawab burung itu. Burung kutilang merasa iba, Oh,
maukah kamu tinggal di rumahku? Oh, terima kasih, kata burung itu senang. Ayo,
kuantar untuk sampai ke rumahku, ajak burung Kutilang. Sesampai di rumah burung
Kutilang langsung memberinya makanan dan bertanya pada burung yang kelaparan
itu, Siapa namanu?
Namaku burung Pipit.Kenapa kamu sampai ke sini?
tanya burung Kutilang ingin tahu. Aku dibuang manusia ke hutan ini, katanya
sedih. Oh, begitu ceritanya, Alhamdulillah kamu bertemu aku, tidak jadi mati
kelaparan. Oh ya, sekarang sudah malam, maukah engkau tidur? Iya dari tadi aku
belum tidur. Ayo kita idur, ajak burung Pipit. Tak lama mereka pun tidur dengan
nyenyak. Sementara itu ada yang mengetuk pintu. Yang mengetuk pintu adalah si
sapi teman baik burung kutilang.Ternyata pintu tidak dibuka. Dalam hati si
Sapi, mungkin dia sudah tidur. Lalu pulanglah sapi sendirian. Paginya, burung
Kutilang membangunkan burung Pipit, mengajaknya mandi dan bermain. Mereka
bermain terbang-terbangan, lalu burung kutilang terkena ranting kayu yang tajam
lalu terjatuh. Burung Pipit cepat-cepat menolongnya, Oh kakimu berdarah, tenang
saja Kutilang aku akan menolongmu. Oh, terima kasih kamu baik sekali Pipit.
Dalam cerita itu setidaknya ada tiga nilai yang
bisa kita petik. Pertama, sesama makhluk Tuhan harus salng tolong menolong.
Terlihat dari sikap burung Kutilang yang menolong burung Pipit yang sedang
tertimpa kemalangan. Kedua, jangan memaksa bertamu jika tidak dibukakan pintu. Sapi
yang datang bertandang tidak dibukakan pintu. Akhirnya ia memilih pulang dan
tidak memaksa. Padahal Sapi dan burung Kutilang berteman baik. Ketiga, membalas
budi baik. Di akhir cerita, sikap ini diperlihatkan oleh burung Pipit dengan
menolong burung Kutilang yang terkena musibah.
Tidak semua anak mampu melakukan hal ini. Orang
dewasa pun belum tentu bisa membuat cerita sedemikian. Meski dari sisi isi dan
tema cenderung klise namun tidak ditemukan kesan menggurui atau memerintah.
Saya akan ambilkan contoh lain yang tidak menggunakan binatang sebagai tokoh.
Kisah ini tentang sikap seorang anak yang bernama Rina dan bersikap sombong.
Namun, kesombongannya itu harus
berakhir saat sakit.
Contoh :
Jangan Sombong Rina
Ada sebuah rumah sangat besar, rumah itu ternyata ditempati
oleh Rina. Rina sangat sombong karena kekayaannya dan temannya bernama Mita
hanya mempunyai rumah yang sangat sederhana. Pada suatu pagi Mita dan Rina
pergi ke sekolah, mereka
tidak berangkat bersama-sama, meski mereka
bertetangga. Tiba-tiba di jalanan turun hujan yang sangat deras. Mita tahu
bahwa akan turun hujan, Mita selalu membawa
payungnya dan segera memakainya. Sedangkan Rina
yang sombong, selalu mengejek Mita dan payungnya, akhirnya kehujanan. Kata
Rina, Wah, aku kedinginan nih, bisa-bisa aku sakit demam. Sedangkan Mita,
Untung aku bawa paying, kalau tidak aku sakit demam deh. Sampai di sekolah,
Rina bersin-bersin. Kata Rina dalam hati, Kenapa aku kehujanan? O mungkin aku
sombong karena kekayaanku dan suka mengejek, ternyata aku salah dan sadar. Siang
harinya, Rina dibawa ibunya ke dokter. Kata dokter, Rina sakit demam. Sore harinya, Mita menjenguk Rina yang sedang
sakit dan Mita bertanya kepada Rina, Mengapa kamu sakit demam? Iya karena tadi
pagi aku tidak membawa paying, maafkan aku
Mita karena selalu mengejekmu, kata Rina. Iya, makanya kamu jangan sombong,
begitulah akibatnya, nasehat Mita yang membuat Rina menjadi malu.
Dari cerita ini juga ada nilai yang ingin
disampaikan. Namun, lagi-lagi tidak ada kesan menggurui dan memerintah. Tadi
kita sudah membacakan dua contoh cerpen karya anak-anak yang rupanya memiliki keunikannya
yang tersendiri dalam penyampaian.
Uraian di atas menjelaskan bahwa anak-anak adalah
pribadi yang belum matang secara fisik dan emosi. Dalam menghadapi suatu
masalah, biasanya mereka berpikir secara dangkal sesuai dengan pengalaman yang mereka
terima. Hal tersebut menjelaskan berbagai bentuk kepolosan yang umum dilakukan
oleh anak-anak.
Contoh lengkap :
Ngompol


























****
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Bahasa
Departemaen Pendidikan Nasional.
Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Majalah Bobo, Ngompol
Pradopo, Rahmat Djoko. 1987. Pengkajian Puisi, Yogyakarta: UGM
Press.
Tarigan, Henri Guntur. 1995. Dasar-dasar
Psikosastra. Bandung: Angkasa.
Wellek, Rene and
Austin Warren.1965. Theory of Literature. New York: A
Harvest Book
Harcourt, Brace and World, Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar