MENULIS CERITA UNTUK ANAK
Pada umumnya menulis cerita untuk anak harus memerlukan keahlian khusus dari seorang pengarang karena anak mempunyai pemikiran yang merdeka / bebas sesuai dengan daya khayalnya. Anak – anak akan tertarik terhadap cerita – cerita yang sifatnya “fantastis”/ khayal. Oleh karena itu, Walter De La Mare mengatakan bahwa mengarang cerita untuk anak tak ubahnya dengan pekerjaan mengasuh anak. Sulitnya mengarang cerita untuk anak – anak adalah karena harus membuktikan cerita dengan kenyataan alam anak. Itu sebabnya seorang pengarang yang ingin menulis cerita untuk harus mempelajari dunia mereka dengan tekun.
Ciri khas anak – anak adalah dunianya tak berubah – ubah sekalipun tertekan oleh kehidupan orang tuanya. Mereka akan selalu tertarik pada hal – hal baru yang terdapat di alam lingkungan anak itu sendiri, yaitu melalui pengalaman baru, penghayatan baru. Disamping itu, anak – anak akan selalu tertarik pada hal – hal yang terjadi “idolanya”. Anak akan selalu memvisualkan / menggambarkan dirinya sebagai tokoh atau pelakunya. Mereka menggunakan daya khayalnya terhadap apa yang dilihatnya.
Pada umumnya anak tidak akan mengharapkan bujukan atau sanjungan yang sifatnya kosong karena perlu kita ketahui bahwa mereka berjiwa polos, jujur, dan seandainya, ingat ! kita jangan membiarkan suatu cerita yang tidak disukai anak. Bila hal ini kita lakukan, mereka akan mengeluarkan pendapatnya dengan jujur di hadapan kita. Malah kadang – kadang lancang sebab mereka tak kenal basa – basi atau siasat seperti yang biasa di pakai orang dewasa.
Tulisan cerita yang baik untuk anak adalah harus mempunyai tujuan untuk melepaskan rasa takut dan menolong mereka menemukan dirinya. Melalui tulisan, kita ajak mereka menggembara ke alam yang belum mereka khayal, kita buat mereka heran oleh yang mereka baca. Dengan demikian, akan timbul dalam diri anak pertanyaan dalam hati mereka. Kenapa begitu atau benarkah demikian. Menurut Dr. Umar Kayam, bacaan yang baik untuk anak – anak ialah bacaan yang dapat memperkaya fantasi. Hal tersebut akan memperkuat karakter mereka.
Dunia anak memang aneh, apa yang tidak masuk akal justru mereka sukai. Banyak buku yang sekarang menjadi buku anak –anak, padahal pengarangnya mula – mula mengarang buku itu bukan untuk mereka. Bahasa yang digunakan untuk mengarang cerita untuk anak adalah bahasa yang biasa digunakan oleh anak, yaitu bahasa yang kalimat – kalimatnya lengkap menurut tata bahasa. Anak tidak suka bahasa yang bertele – tele yang isinya kosong. Mereka lebih suka pada bahasa yang singkat, padat, mudah dipahami.
Buku bacaan yang baik bagi anak harus singkat dan padat. Panjang karangan / cerita kira – kira 500 (lima ratus) kata, paling panjang 800 (delapan ratus) kata, buku untuk mereka juga harus bergambar warna – warni. Cerita seperti ini biasanya di peruntukkan bagi anak – anak TK yang belum dapat menuntut tema yang sifatnya belum dipahami. Biasanya anak seusia ini dalam menangkap isi cerita yang mendekati kenyataan misalnya deru mobil, auman harimau, kokok ayam jantan, atau suara kucing, semuanya harus ditirukan dalam tulisan. Cerita – cerita yang banyak disenangi oleh anak, di antaranya, Kancil dan buaya, Kancil mencuri ketimun, selain itu, anak juga senang terhadap cerita – cerita yang sifatnya mendidik, misalnya tentang anak yang jujur dan anak yang suka menolong.
Setiap anak akan memberitahukan kesan tersendiri terhadap cerita – cerita tadi, baik dalam diri tokoh cerita maupun situasinya. Perlu kita ketahui anak – anak yang tinggal di kota – kota besar tingkat pertumbuhannya berbeda dengan anak – anak yang tinggal di desa. Akan tetapi, dengan adanya alat komunikasi yang serba canggih, seperti radio, TV, majalah, dan koran anak desa pun dapat menyeimbangkan anak – anak kota.
Dampak dari adanya alat komunikasi tersebut, anak semakin berkurang untuk dapat memahami / menyenangi cerita – cerita seusianya. Bahkan anak lebih cenderung membaca/ melihat, cerita – cerita orang dewasa. Kita ambil contoh adanya cerita – cerita yang ditayangkan oleh stasiun TV, yang menayangkan cerita – cerita horor, tragis, perkosaan, percintaan dan lain – lainnya, yang sebenarnya cerita – cerita tersebut tidak layak dikonsumsi oleh anak – anak, melainkan pantas dikonsumsi oleh orang dewasa, tetapi justru anak – anaklah yang banyak menggandrungi cerita tersebut.
Hal tersebut merupakan tantangan bagi kita sebagai pengarang buku cerita untuk anak, untuk dapat menumbuhkan kegemaran anak – anak kita, untuk dapat menyenangi bacaan cerita – cerita yang seusianya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar